88% Kebutuhan Obat Nasional di Indonesia Secara Unit atau Volume Sudah Diproduksi oleh GPFI Secara Mandiri, Termasuk Obat-Obatan Covid19
Kasus Omicron telah mencapai rekor baru harian diatas 60.000, akankah terjadi kekosongan obat ?
Jakarta, 25 Februari 2022 - Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia dalam seminggu terakhir cukup mengkhawatirkan karena beberapa hari di Pebruari 2022 ini sudah melampaui puncak kasus Delta Juli 2021 yang mencapai 56 ribu kasus. Dengan penambahan kasus baru yang telah melebihi 60 ribu kasus per hari, akankah terjadi kekosongan obat covid pada bulan Pebruari dan Maret 2022 ini sehingga akan menyebabkan kepanikan masyarakat?
Ketua Umum Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Indonesia (GPFI) Tirto Kusnadi menyampaikan bahwa selama penanganan pandemi, perusahaan farmasi yang tergabung dalam GPFI menyatakan komitmennya untuk terus menjamin ketersediaan obat-obatan dan vitamin secara nasional. Dukungan penyediaan obat-obatan dalam menghadapi gelombang ketiga Omicron ini ditujukan agar tidak lagi terjadi kelangkaan obat-obat seperti saat serangan gelombang kedua tahun lalu. “Sebagai komitmen perusahaan farmasi yang tergabung dalam GPFI untuk terus menjamin ketersediaan obat dan vitamin di 34 provinsi seluruh Indonesia, GPFI telah mengerahkan segala kemampuan sesuai dengan kapasitas dan keahlian masing-masing anggota GPFI untuk percepatan riset dan pengembangan, proses produksi, distribusi dan penguatan jaringan ritel apotik dan pedagang besar farmasi (PBF) telah secara konsisten dilakukan untuk ketersediaan obat covid dan vitamin,” ungkap Tirto Kusnadi. Tirto menambahkan “Bahkan obat-obatan Covid19 yang tergolong barupun sudah bisa diproduksi oleh anggota GPFI seperti Favipiravir dan Remdesivir, termasuk vitamin D3, yang pada wave 1 dan 2 banyak mengandalkan produk import, saat ini sudah banyak diproduksi didalam negeri. Pandemi telah mendorong kami semua di GPFI untuk bahu membahu lebih mandiri”
Secara nasional, komitmen GPFI untuk menjaga ketersediaan obat-obatan dalam menghadapi gelombang ketiga Covid-19 ini telah melibatkan lebih dari 160 pabrik farmasi yang memproduksi kurang lebih 2.000 jenis zat obat. Dari sisi distribusi, lebih dari 2,000 pedagang besar farmasi di seluruh Indonesia juga telah menyalurkan obat-obatan, suplemen dan vitamin ke 3.000 Rumah Sakit, 20.000 Apotik, 20.000 Klinik dan Puskesmas, serta ke 45.000 toko obat, modern outlet dan retailer lainnya.
Meskipun kasus baru telah mencapai rekor baru diatas 60 ribu yang menyebabkan banyaknya kebutuhan obat resep dan obat gejala covid lainnya, namun hingga saat ini tidak ada keluhan masyarakat tentang kekosongan obat, ditengah derasnya peningkatan kebutuhan obat. Hal ini membuktikan bahwa industri farmasi nasional telah mencapai level KEMANDIRIAN dan KETAHANAN Obat nasional karena kekuatan kapasitas produksi, distribusi dan retail yang merata di seluruh pelosok tanah air.
Delapan puluh delapan persen (88%) kebutuhan obat nasional di Indonesia secara unit atau volume sudah bisa diproduksi oleh GPFI secara mandiri, termasuk sejumlah obat-obatan Covid19. Melalui Pedoman Tatalaksana Covid19 yang dikeluarkan oleh dari 5 Perhimpunan Kedokteran dan Kementerian Kesehatan RI, GPFI menghimbau masyarakat untuk tetap melakukan 3M dan jikalau positif covid dengan gejala ringan seperti demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, segera berkonsultasi ke dokter atau via telemedicine, dan disiplin mengkonsumsi obat antiviral, obat untuk gejala simptomatis covid dan suplemen multivitamin sesuai anjuran medis. “Fakta bahwa sampai dengan saat ini, kita tidak lagi mendengar adanya kabar langkanya obat-obatan selama gelombang ketiga ini adalah bentuk prestasi dan kolaborasi dari semua stakeholder, yaitu GPFI, Kementerian Kesehatan dan BPOM, dah hal ini patut kita banggakan dan syukuri bersama. Dengan ketersediaan obat dan vitamin GPFI, masyarakat bisa memperbaiki kualitas hidupnya karena cepat sembuh dan kembali beraktivitas untuk perbaikan ekonomi masyarakat dan bangsa,” tutup Tirto Kusnadi.
Komentar (0)
There are no comments yet